MEDAN, Eksisnews.com – Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Edy Rahmayadi mengatakan bahwa kerukunan bangsa merupakan cerminan dari ketaatan masyarakat dalam beragama. Semakin taat dan beriman masyarakatnya, semakin damai dan harmonis pula kehidupan berbangsanya.
“Tidak ada dalam ajaran agama manapun yang menyuruh kita untuk saling menyakiti, jadi kalau umat tiap-tiap agama itu benar-benar beriman, mudah-mudahan rukun kita berbangsa ini,” ujar Gubernur Edy Rahmayadi saat menghadiri acara Doa Untuk Bangsa yang diselengarakan Majelis Nichiren Shoshu Buddha Dharma Indonesia (MNSBDI), Jumat (26/10), di Medan International Convention Center Jalan Gagak Hitam Medan.
Selain ketaatan dalam beragama, kata Edy, merawat kerukunan bangsa juga bisa dilakukan dengan membiasakan komunikasi atau berdialog. Selama ini, hal yang sering terjadi di lapangan adalah orang-orang saling berprasangka satu sama lain. Sehingga timbul kesalahpahaman yang memicu konflik.
“Hilangkan semua kecurigaan dan buruk sangka di antara sesama pemeluk agama yang berbeda. Jika ada yang tidak dipahami dan mengganjal, tanyakan,” ucapnya.
Edy kemudian mengapresiasi terselenggaranya acara ‘Doa Untuk Bangsa’. Edy pun mengajak semua yang hadir untuk bekerja sama dan memberikan masukan dalam upaya menciptakan kehidupan keagamaan yang penuh rasa kekeluargaan, saling asah, asih, dan asuh serta saling pengertian antara satu dan yang lain.
“Melalui kegiatan ini, diharapkan kita dapat membangun kesamaan pemahaman dan menjalin hubungan kekeluargaan di antara sesama umat beragama yang mencerminkan rasa kesatuan dan persatuan,” katanya.
Kepada para tokoh agama, Edy berpesan agar senantiasa membantu menciptakan suasana damai sekaligus berupaya untuk membina masyarakat agar tidak terjerumus kepada tindakan-tindakan yang tidak baik dan melanggar aturan.
Sementara itu, Menteri Agama Republik Indonesia Lukman Hakim Saifuddin yang diwakili oleh Dirjen Binmas Buddha Kemenag RI Caliadi juga menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya acara Doa Untuk Bangsa. “Sesuai dengan tema hari ini, Hati untuk Negeri, semoga semakin banyak aksi nyata dan positif yang kita lakukan untuk negeri kita ini, tulus dari hati,” katanya.
Ketua Umum MNSBDI Aiko Senosoenoto melaporkan bahwa acara Doa Untuk Bangsa merupakan salah satu rangkaian acara Wahana Negara Raharja (WNR) yang berlangsung sejak 25-28 Oktober 2018. WNR dilaksanakan untuk memperingati hari jadi ke-54 MNSBDI.
“WNR merupakan pembinaan umat dan aksi sosial yag diikuti oleh 3000 perwakilan umat Budha MNSBDI dari seluruh Indonesia. Rangkaiannya meliputi pembinaan umat, penanaman 10000 pohon bakau di Serdang Bedagai, dan doa kerukunan bangsa,” jelasnya.
Diketahui, MNSBDI atau sering disebut dengan BDI merupakan sebuah organisasi umat Budha yang memfasilitasi kegiatan peribadatan agama Buddha Nichiren Shoshu di Indonesia. Tergabung dalam Persatuan Umat Buddha Indonesia (PERMABUDHI) dan Perwakilan Umat Budha Indonesia (WALUBI), MNSBDI menjadi sarana untuk pembinaan umat dan kegiatan Buddha Nichiren Shoshu di Indonesia yang didirikan pada 28 Oktober 1964. Saat ini, MNSBDI memiliki 82 Vihara dan Cetya yang terletak di 17 Provinsi dan 55 daerah yang tersebar di berbagai penjuru Indoenesia.
Turut hadir dalam acara tersebut Forkopimda Provinsi Sumut, mewakili Kakanwil Kementerian Agama RI Sumut, Kepala Kuil Syorenzan Hosei Ji YA Ryosho Tozawa, Kepala Kuil Kokaizan Myogan Ji, YA Hoseki Tsuchida, Ketua Umum PERMABUDHI Ony Hindra Kusuma, Tokoh Lintas Agama di Sumut, dan seluruh peserta WNR 2018. (E1)
“Tidak ada dalam ajaran agama manapun yang menyuruh kita untuk saling menyakiti, jadi kalau umat tiap-tiap agama itu benar-benar beriman, mudah-mudahan rukun kita berbangsa ini,” ujar Gubernur Edy Rahmayadi saat menghadiri acara Doa Untuk Bangsa yang diselengarakan Majelis Nichiren Shoshu Buddha Dharma Indonesia (MNSBDI), Jumat (26/10), di Medan International Convention Center Jalan Gagak Hitam Medan.
Selain ketaatan dalam beragama, kata Edy, merawat kerukunan bangsa juga bisa dilakukan dengan membiasakan komunikasi atau berdialog. Selama ini, hal yang sering terjadi di lapangan adalah orang-orang saling berprasangka satu sama lain. Sehingga timbul kesalahpahaman yang memicu konflik.
“Hilangkan semua kecurigaan dan buruk sangka di antara sesama pemeluk agama yang berbeda. Jika ada yang tidak dipahami dan mengganjal, tanyakan,” ucapnya.
Edy kemudian mengapresiasi terselenggaranya acara ‘Doa Untuk Bangsa’. Edy pun mengajak semua yang hadir untuk bekerja sama dan memberikan masukan dalam upaya menciptakan kehidupan keagamaan yang penuh rasa kekeluargaan, saling asah, asih, dan asuh serta saling pengertian antara satu dan yang lain.
“Melalui kegiatan ini, diharapkan kita dapat membangun kesamaan pemahaman dan menjalin hubungan kekeluargaan di antara sesama umat beragama yang mencerminkan rasa kesatuan dan persatuan,” katanya.
Kepada para tokoh agama, Edy berpesan agar senantiasa membantu menciptakan suasana damai sekaligus berupaya untuk membina masyarakat agar tidak terjerumus kepada tindakan-tindakan yang tidak baik dan melanggar aturan.
Sementara itu, Menteri Agama Republik Indonesia Lukman Hakim Saifuddin yang diwakili oleh Dirjen Binmas Buddha Kemenag RI Caliadi juga menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya acara Doa Untuk Bangsa. “Sesuai dengan tema hari ini, Hati untuk Negeri, semoga semakin banyak aksi nyata dan positif yang kita lakukan untuk negeri kita ini, tulus dari hati,” katanya.
Ketua Umum MNSBDI Aiko Senosoenoto melaporkan bahwa acara Doa Untuk Bangsa merupakan salah satu rangkaian acara Wahana Negara Raharja (WNR) yang berlangsung sejak 25-28 Oktober 2018. WNR dilaksanakan untuk memperingati hari jadi ke-54 MNSBDI.
“WNR merupakan pembinaan umat dan aksi sosial yag diikuti oleh 3000 perwakilan umat Budha MNSBDI dari seluruh Indonesia. Rangkaiannya meliputi pembinaan umat, penanaman 10000 pohon bakau di Serdang Bedagai, dan doa kerukunan bangsa,” jelasnya.
Diketahui, MNSBDI atau sering disebut dengan BDI merupakan sebuah organisasi umat Budha yang memfasilitasi kegiatan peribadatan agama Buddha Nichiren Shoshu di Indonesia. Tergabung dalam Persatuan Umat Buddha Indonesia (PERMABUDHI) dan Perwakilan Umat Budha Indonesia (WALUBI), MNSBDI menjadi sarana untuk pembinaan umat dan kegiatan Buddha Nichiren Shoshu di Indonesia yang didirikan pada 28 Oktober 1964. Saat ini, MNSBDI memiliki 82 Vihara dan Cetya yang terletak di 17 Provinsi dan 55 daerah yang tersebar di berbagai penjuru Indoenesia.
Turut hadir dalam acara tersebut Forkopimda Provinsi Sumut, mewakili Kakanwil Kementerian Agama RI Sumut, Kepala Kuil Syorenzan Hosei Ji YA Ryosho Tozawa, Kepala Kuil Kokaizan Myogan Ji, YA Hoseki Tsuchida, Ketua Umum PERMABUDHI Ony Hindra Kusuma, Tokoh Lintas Agama di Sumut, dan seluruh peserta WNR 2018. (E1)
Tidak ada komentar: