MEDAN, Eksisnews.com - Muhammad Syafi'i merupakan peserta termuda dari 17 peserta yang tampil pada perlombaan Hifz Al Quran 10 juz di Gedung Jabal Nur, Senin (8/10/2018). Syafi'i yang mewakili provinsi Sulawesi Tenggara itu masih berusia 13 tahun melawan peserta dari provinsi lain pada lomba cabang Hifzh 10 juz.
Saat ditemui wartawan, Syafi'i yang didampingi pendampingnya, Ustadz Arif mengatakan, tidak mudah untuk sampai ke tahap MTQ tingkat nasional ini. Dia harus melewati proses seleksi melawan rekan lainnya di Sulawesi Tenggara yang sudah lebih berpengalaman. Bahkan, ada yang sudah berprestasi tingkat internasional.
"Lawannya banyak, bahkan ada yang sudah pernah juara di tingkat intenasional. Tapi, saya yakin. Saya bisa melewatinya,"ungkap juara 1 MTQ tingkatProvinsi Sulawesi Tenggara belum lama ini di Gedung Jabal Nur, Senin (8/10/2018).
Siswa kelas 3 Pesantren Al Askar, Kendari, Sulawesi Tenggara ini bercerita, ia sudah mulai belajar membaca Al Quran sejak berusia 4 tahun. Setelah tamat dari Sekolah Dasar, orangtuanya memasukkan Syafi'i ke pesantren Al Askar Kendari.
"Awalnya, saya ingin masuk ke sekolah negeri. Tapi, orangtua memaksa saya masuk ke pesantren. Saya tidak bisa menolaknya. Setelah dijalani, lama kelamaan rasanya enak sekolah di pesantren. Dari situlah saya mulai memperdalam bacaan Al Quran,"kata anak pertama dari tiga bersaudara ini pasangan Ismail Kadir (ayah) dan Futsiani (ibu).
Penghafal 15 juz ayat suci Al Quran ini menuturkan, bangga menjadi salah satu kafilah MTQN cabang Hifzh 10 juz yang mewakili daerahnya. Dia berusaha tidak minder dengan usianya yang masih terbilang lebih muda dibandingkan peserta lainnya. Baginya, membaca Alquran adalah kenikmatan tersendiri.
"Karena saya sudah terbiasa membaca Alquran sejak kecil, rasanya enak saja membacanya. Ada kenikmatan sendiri, hati ini rasanya tenteram,"ujar Syafi'i yang bercita-cita menjadi Gubernur penghafal Al Quran ini.
Untuk persiapan MTQ tingkat nasional ini sendiri, Syafi'i berujar, tidak pernah lepas dari latihan menghafal Al Quran setiap harinya. Bahkan, saat daerahnya terkena dampak gempa di Palu, Sulawesi Tengah, ia tetap berlatih.
"Alhamdulilah, daerah Kendari tidak begitu kencang terkena gempa. Sehingga, tetap konsentrasi latihannya. Insya Allah, kalau kita istiqomah, sabar dan konsisten, semua pasti bisa dilewati," ujarnya. (E1)
Saat ditemui wartawan, Syafi'i yang didampingi pendampingnya, Ustadz Arif mengatakan, tidak mudah untuk sampai ke tahap MTQ tingkat nasional ini. Dia harus melewati proses seleksi melawan rekan lainnya di Sulawesi Tenggara yang sudah lebih berpengalaman. Bahkan, ada yang sudah berprestasi tingkat internasional.
"Lawannya banyak, bahkan ada yang sudah pernah juara di tingkat intenasional. Tapi, saya yakin. Saya bisa melewatinya,"ungkap juara 1 MTQ tingkatProvinsi Sulawesi Tenggara belum lama ini di Gedung Jabal Nur, Senin (8/10/2018).
Siswa kelas 3 Pesantren Al Askar, Kendari, Sulawesi Tenggara ini bercerita, ia sudah mulai belajar membaca Al Quran sejak berusia 4 tahun. Setelah tamat dari Sekolah Dasar, orangtuanya memasukkan Syafi'i ke pesantren Al Askar Kendari.
"Awalnya, saya ingin masuk ke sekolah negeri. Tapi, orangtua memaksa saya masuk ke pesantren. Saya tidak bisa menolaknya. Setelah dijalani, lama kelamaan rasanya enak sekolah di pesantren. Dari situlah saya mulai memperdalam bacaan Al Quran,"kata anak pertama dari tiga bersaudara ini pasangan Ismail Kadir (ayah) dan Futsiani (ibu).
Penghafal 15 juz ayat suci Al Quran ini menuturkan, bangga menjadi salah satu kafilah MTQN cabang Hifzh 10 juz yang mewakili daerahnya. Dia berusaha tidak minder dengan usianya yang masih terbilang lebih muda dibandingkan peserta lainnya. Baginya, membaca Alquran adalah kenikmatan tersendiri.
"Karena saya sudah terbiasa membaca Alquran sejak kecil, rasanya enak saja membacanya. Ada kenikmatan sendiri, hati ini rasanya tenteram,"ujar Syafi'i yang bercita-cita menjadi Gubernur penghafal Al Quran ini.
Untuk persiapan MTQ tingkat nasional ini sendiri, Syafi'i berujar, tidak pernah lepas dari latihan menghafal Al Quran setiap harinya. Bahkan, saat daerahnya terkena dampak gempa di Palu, Sulawesi Tengah, ia tetap berlatih.
"Alhamdulilah, daerah Kendari tidak begitu kencang terkena gempa. Sehingga, tetap konsentrasi latihannya. Insya Allah, kalau kita istiqomah, sabar dan konsisten, semua pasti bisa dilewati," ujarnya. (E1)
Tidak ada komentar: