TIGARAS- Kejadian tanggelamnya kapal Sinar Bangun di Danau Toba pada 18 Juni 2018 membaut nama pelabuhan Tigaras menjadi terkenal. Betapa tidak, pelabuhan ini jadi ramai dikunjungi oleh warga baik keluarga korban, petugas tim SAR dan ribuan masyarakat yang ingin melihat langsung pencarian korban.
Pasca dihentikan pencarain korban kapal Sinar Bangun, pelabuhan tersebut tampak lengang dari kunjungan wisatawan baik ke tempat wisata Tigaras maupun ke Samosir melalui Pelabuhan Tigaras ke Pelabuhan Simanindo Samosir.
Seiring waktu, pelabuhan Tigaras dan tempat wisata di kawasan tersebut kembali ramai. Masyarakat di kawasasan Tigaras pun mulai berbenah dengan penuh optimis untuk menghidupkan kembali wisata danau Toba di Tigaras yang sempat redup karena tragedi Sinar Bangun dengan membentuk wadah masyarakat peduli Tigaras.
" Kami menginginkan wisata di Tigaras ini hidup kembali, ramai dikunjungi wisatawan baik dari dalam dan luar negeri, Untuk itu kami memohon perhatian dan dukungn dari pemerintah, swasta dan putra-purti Tigaras yang berhasil diluar daerah untuk kembali membangun Tigaras ini," ujar Abdul Karim Sitio salah seorang tokoh agama dan tokoh masyarakat pedului Tigaras Sabtu (28/7)
Abdul Karim menceritakan tentang asal-usul nama Tigaras. Menurutnya Tigaras berasal dari kata Tiga yang artinya pekan dan Ras yang artinya suku. “Jadi arti keseluruhannya adalah pekan atau pertemuan antar suku di Simalungun ada di Tigaras ini,” ujar Abdul Karim.
Abdul Karim juga menceritakan bahwa Tigaras adalah kota pejuang. Ini dapat dilihat adanya tugu perjuangan rakyat Tigaras. Dari tugu ini pengunjung dapat melihat dengan Danau Toba dan pulau Samosir.
“Pejuang di Tigaras ini bernama Saragih Ras yang merupakan Komandan Brigade A Medan Area Barisan Harimau Liar, yang berjuang melawan penjajah Belanda pada waktu itu,” ujar Abdul Karim
Manurut Abdul Karim, pelabuhan Tigaras sudah ada lebih dulu sebelum penjajah Belanda masuk.
“Pelabuhan ini untuk jalur perdagangan masyarakat. Pelabuhan Tigaras ini lebih dulu ada daripada pelabuhan di Parapat. Belanda pertama masuk di Simalungun ya melalui Pelabuhan Tigaras ini. Penjajah Belanda menggunakan perahu besar Solubolon yang bisa dimuati 25 orang,” ujar Abdul Karim. (E1)
Sumber foto: naganiel
Pasca dihentikan pencarain korban kapal Sinar Bangun, pelabuhan tersebut tampak lengang dari kunjungan wisatawan baik ke tempat wisata Tigaras maupun ke Samosir melalui Pelabuhan Tigaras ke Pelabuhan Simanindo Samosir.
Seiring waktu, pelabuhan Tigaras dan tempat wisata di kawasan tersebut kembali ramai. Masyarakat di kawasasan Tigaras pun mulai berbenah dengan penuh optimis untuk menghidupkan kembali wisata danau Toba di Tigaras yang sempat redup karena tragedi Sinar Bangun dengan membentuk wadah masyarakat peduli Tigaras.
" Kami menginginkan wisata di Tigaras ini hidup kembali, ramai dikunjungi wisatawan baik dari dalam dan luar negeri, Untuk itu kami memohon perhatian dan dukungn dari pemerintah, swasta dan putra-purti Tigaras yang berhasil diluar daerah untuk kembali membangun Tigaras ini," ujar Abdul Karim Sitio salah seorang tokoh agama dan tokoh masyarakat pedului Tigaras Sabtu (28/7)
Abdul Karim menceritakan tentang asal-usul nama Tigaras. Menurutnya Tigaras berasal dari kata Tiga yang artinya pekan dan Ras yang artinya suku. “Jadi arti keseluruhannya adalah pekan atau pertemuan antar suku di Simalungun ada di Tigaras ini,” ujar Abdul Karim.
Abdul Karim juga menceritakan bahwa Tigaras adalah kota pejuang. Ini dapat dilihat adanya tugu perjuangan rakyat Tigaras. Dari tugu ini pengunjung dapat melihat dengan Danau Toba dan pulau Samosir.
“Pejuang di Tigaras ini bernama Saragih Ras yang merupakan Komandan Brigade A Medan Area Barisan Harimau Liar, yang berjuang melawan penjajah Belanda pada waktu itu,” ujar Abdul Karim
Manurut Abdul Karim, pelabuhan Tigaras sudah ada lebih dulu sebelum penjajah Belanda masuk.
“Pelabuhan ini untuk jalur perdagangan masyarakat. Pelabuhan Tigaras ini lebih dulu ada daripada pelabuhan di Parapat. Belanda pertama masuk di Simalungun ya melalui Pelabuhan Tigaras ini. Penjajah Belanda menggunakan perahu besar Solubolon yang bisa dimuati 25 orang,” ujar Abdul Karim. (E1)
Sumber foto: naganiel
Tidak ada komentar: