TERKINI:

Kenapa Penurunan BBM Masuk ke Ranah Politik


MEDAN, Eksisnews.com  -  Pengamat ekonomi Sumatera Utara, Gunawan Bunyamin mempertanyakan terkait kebijakan penurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi dimasukan dalam ranah politik.

“Saya masih heran mengapa kebijakan menurunkan harga BBM non subsidi dimasukan dalam ranah politik. Kebijakan ini dinilai sebagai kebijakan pencitraan menjelang PEMILU dan berbagai alasan lainnya,” katanya, Kamis (10/1/2019) dalam keterangan resminya di Medan.

Padahal, menurutnya, berdasarkan hitung-hitungan rasional, memang sudah sewajarnya harga BBM diturunkan. Harga minyak turun dari kisaran $70 per barel menjadi sekitar $45 per barel.

Ditambah lagi, tambahnya, Rupiah juga mengalami penguatan, dari yang sempat terpuruk dikisaran Rp15.300 selama 2018, menguat dikisaran Rp14 ribuan saja saat ini. Dan sejumlah SPBU swasta juga sudah menurunkan harga BBM tersebut. Jadi apa yang dilakukan Pertamina itu sudah dalam koridornya. “Saya juga sudah memperkirakan bahwa harga BBM berpeluang turun,” ungkapnya.

Karena, tegasnya, sejak November 2018 silam diakuinya telah melihat potensi BBM diturunkan memang sangat terbuka. Jadi penurunan ini menjadi suatu hal yang wajar saja. Tidak perlu dibesar-besarkan. Yang paling penting adalah bahwa penurunan harga BBM ini memang akan mengakselerasi pertumbuhan ekonomi masyarakat. Memperbaiki daya beli masyarakat, dan bisa mengurangi pengeluaran dari sisi bahan bakar yang memang kerap menjadi penyumbang inflasi besar saat harganya naik.

“Terlebih harga Pertalite juga diturunkan. Penurunan harga Pertalite tersebut sangat memberikan pengaruh besar baggi masyarakat kita. Karena konsumsi pertalite ini terbilang signifikan dibandingkan dengan BBM non subsidi lainnya,” sebuntya kembali.

Jika melihat kondisi pasar keuangan dimana rupiah yang relatif stabil dikisaran Rp14.000 per US Dolar. Dan jika tidak ada rencana kenaikan suku bunga acuan AS, perang dagang tidak terjadi, dan harga minyak mentah mampu di bawah $55 per barel, maka besar kemungkinan potensi kenaikan harga BBM kembali di tahun 2019 tidak terjadi.

“Kalau berbicara mengenai BBM bersubsidi, saya pikir Solar dan Premium belum akan berubah di tahun 2019 ini. Selama tidak ada volatilitas harga minyak maupun rupiah yang cenderung mengarahkan penyesuaian harga ke atas. Yang penting tidak ada gejolak yang besar dari sisi eksternal. Karena pembentukan harga BBM di tanah air ini tidak terlepas dari hiruk pikuk perkembangan politik maupun ekonomi di Negara lain,” tambahnya.

Sementara itu, dampak terhadap inflasi dari penurunan harga BBM ini nanti memang akan terasa. Akan ada potensi penurunan harga, jadi potensinya itu adalah deflasi. Kalaupun ada inflasi, penurunan harga BBM tetap menyumbang penurunan harga. Tetapi saya melihat peluang deflasinya sejauh ini sangat besar. Terlebih harga cabai merah saat ini juga tengah terpuruk.

“Jadi sekali lagi, seiring dengan menjelang hajatan PILPRES, saya menilai penurunan harga BBM ini patut disyukuri. Tetapi jangan dijadikan alasan pencitraan. Karena yang turun itu BBM non subsidi, dan memang sudah seharusnya harga BBM itu turun,”pungkasnya.(E2)

Tidak ada komentar: